Sep 12, 2014

Make A Change

Doa orangtua buat anak, tuh, pasti sejuta. Seakan-akan nggak ada abisnya.

Mulai dari yang general (“Ya Tuhan, semoga anakku tumbuh jadi manusia yang berguna / baik / sholeh / membanggakan orangtua / pintar…”) sampai ke yang spesifik (“Semoga anakku gedenya jadi musisi / arsitek / dokter / bintang sinetron / nikah sama anaknya Adinda Bakrie / nggak nikah sama anaknya xxxx soalnya aku nggak mau besanan sama dia / tajir tapi humble…).

Sampe beberapa bulan lalu, gue masih bingung, apa harapan dan doa gue untuk Raya.

Secara spesifik, gue kepengen Raya gedenya jadi gimana, sih? Karena secara realistis, gue nggak mungkin mengharapkan dia jadi manusia sempurna.

Suatu hari, gue pernah mikir, kalo gue bisa pick out satu orang, kira-kira gue pengen Raya gedenya jadi kayak siapa? Prototype-nya siapa?

I could name Bill Gates, Mother Teresa, or any other modern royals and saints of our generation, tapi tiba-tiba gue inget Leon.

Gue pengen Raya jadi kayak Leon. At least, segala sisi positif dia.

And then it hits me. Gue TAU BANGET harapan dan doa gue untuk Raya apaan: gue pengen Raya MEMBUAT SEBUAH PERUBAHAN.

***

Gue nggak mengharapkan Raya menggeluti sebuah profesi tertentu, misalnya jadi dokter, seniman, atau apapun itu. It’s his choice.

Gue bahkan nggak bisa mengharapkan Raya akan jadi manusia yang mempunyai sipat-sipat idaman gue, seperti humble, asik, kocak, baik, pemaaf, compassionate, pekerja keras, dan banyak lainnya. I can only try and hope, but there’s gazillion other things that will shape up his character eventually.

Ini mungkin kedengeran dingin, tapi gue selalu inget, bahwa gue bukan melahirkan sebuah benda yang bebas gue bentuk-bentuk seenak jidat. Gue melahirkan seorang individu titipan Tuhan, yang bakal gue rawat dengan kasih sayang, tapi nggak bisa gue “paksa” menjadi apapun.

Gue juga nggak pengen egois, mengharapkan Raya akan jadi anak yang membalas budi orangtuanya, berbakti, dan membuat kami bangga, karena… seriously, apakah kita melahirkan anak hanya untuk mendapat balas budinya?

Raya nggak minta dilahirkan dan dirawat, so he doesn’t owe me anything (AKU FIERCE BANGET NGGAK, SIH?). I have to keep remembering that I love him by choice.

***

Oke, kembali ke atas.

Karena gue nggak mau berharap Raya gedenya jadi ina inu karena alasan-alasan egois, gue kayaknya hanya berharap pada satu hal: agar Raya membuat sebuah perubahan yang bermanfaat.

Perubahan bisa berbentuk apapun. Ada yang muluk-muluk (menemukan obat AIDS?), ada yang sosial banget (menemukan sistem sejenis Grameen Bank baru?), ada yang artsy (jadi musisi, bikin album, trus albumnya dinobatkan jadi album of the year? Of the decade?), ada yang kapitalis, ada yang kontroversial (melegalkan gay marriage di Indonesia?), ada yang politis (memulai sebuah reformasi pemerintahan? Mak!), dan banyak lainnya. Sehingga, lagi-lagi, gue nggak mau spesifik.

I want Raya to make at least ONE epic change in his life, yang berguna bagi orang banyak.

***

Ada yang tau Humans of New York? Ada yang follow Instagram-nya? Konsep inti dari HONY adalah 'katalog' penduduk New York. Jadi Brandon, pencipta HONY, setiap hari keliling New York, motret random people di jalanan dan mengajukan pertanyaan ‘menohok’ kepada mereka seperti, “What’s your saddest memory? What’s your proudest achievement?

Jawaban mereka kemudian menjadi caption fotonya.

Bulan ini, Brandon lagi keliling ke negara-negara dunia ketiga, dan pagi ini, gue menemukan postingan do'i tentang sepasang bapak-anak di New Delhi, India.


"Let me tell you about my son. When Aditya was born, there was a very popular television show on the air, and the main character was named Lord Rama. Lord Rama was known as a revealer of truth. So I joked with my best friend that my son was going to be just like Lord Rama, and he was going to bring a great truth into the world.

Sixteen years later, that very same friend called me while I was out of town on vacation. 'Uptal!' he screamed. 'Uptal! Turn on the TV! Your son is on the TV! He's just like Lord Rama!'' What channel?' I asked. 'Any channel!' he screamed. So I turned on the television. And there he was. I hadn't known it, but while I was gone, he had started a petition on the internet. He was only sixteen years old at the time, and he had started an online petition calling for the government to reopen an old rape case. The case was nearly ten years old, and it involved the son of a very powerful government official. The son had raped and murdered a girl, and even though the evidence was overwhelming, he was only given three years in prison because of his family's connections.

So Aditya started this petition to reopen the case. And soon it had millions of signatures! A sixteen year old boy! I couldn't believe it! I called his mother, and she was very scared. The men he was challenging were very powerful, and had many powerful friends. Soon Aditya was on the cover of every newspaper: ‘Young Boy Challenges Mafia,' the newspapers said. TV cameras were lining up in front of our house. His mother and I were very scared for him, and wanted him to lay low, but he insisted on doing every interview. He went on all the TV shows.

Soon he started a protest right here at India Gate. He announced: ‘I am going to sit here until the case is reopened.’ Thousands of people joined him. All the famous musicians and Bollywood stars came to join him. The largest magazine in India called him ‘the country’s youngest icon.’ Soon after the protest began, the chief judge of the Supreme Court announced he was reopening the case. When the new trial was finished, the man had been given a life sentence!” 

That’s exactly how I hope my Raya to be.

15 comments:

mila said...

wow! WOW!
AAmiin for that!

posting ini membuat aku berpikir ulang tentang doa-doa untuk anak-anakku.

risti said...

aku juga mbaca iniii, terus termenung. bismillah untuk doamu buat raya lei

Rizka Hezmela said...

Inspiring..that's exactly how i want my Akira to be also..thanks Leija for the article

dinadya said...

Hai Lei, salam kenal ya...aku temannya Smita yg selama ini jd silent reader. Baca blog ini bisa tiba2 ngakak, lalu postingan selanjutnya bikin termenung/terharu. Semoga segala doa dan harapan untuk Raya dari orangtuanya terkabul, amiin! :)

Tadi pas buka IG lihat account HONY dan foto di atas, kok ya ndilalah buka blog ini pas lagi bahas itu juga. :)

prin_theth said...

Mila, Risti, Rizka: Aamiin, aamiiin!

Dinadya: Aaakkk, iyaaa, aku mah sering banget liat nama kamu wara-wiri di Path Smiw atau Miund hihihi. Makasi atas doanya, thanks for dropping by disindang yaaa...

Anonymous said...

Hai mbak Lei,, di Facebook ada akun mirip2 HONY tp versi jakarta..namanya "We Are Jakarta". Konsepnya mirip sih..random people, random question, random stories. Mungkin mmg terispirasi dr HONY yaa..

Anonymous said...

what a great sharing :)
semoga kesampean yah semua harapan yg baik2 utk Raya,,
keep inspiring with your article ^^

vivi said...

tfs mbak lei. tetiba berasa egois karena menginginkan anakku menjadi menjadi anak super dengan semua kepandaian dan kebaikan. makasih sudah mengingatkan bahwa anak adalah titipanNya :)

winkthink said...

merinding disko...inspiratif seperti biasa..ih ak nge-fans sama kamyuh..

Anonymous said...

you are a great Mom kak leija..

Primadita Rahma said...

Kak Lei..

Boleh ga aku tuker tempat jadi Raya? :)))

Beberapa minggu yg lalu, aku sedikit berkonfrontasi sama mamaku dan akhirnya mencoba menuliskan harapan utk anakku, versiku disini >>
http://theprimadita.blogspot.com/2014/08/surat-untuk-anakku.html

Terima kasih sudah mengingatkan bahwa anak kita bukan milik kita, dan bahkan bukan sesuatu hal yg dapat kita bentuk. Kita hanya bisa mengarahkan kan..

Semoga Raya, dengan caranya sendiri, selalu mampu membuat kak Lei dan mas T bangga. Amin :)

Anonymous said...

Kak Lei ini keren banget sih. Setuju banget kak anak gak pernah minta dilahirin jadi orangtua gak boleh egois maksain kehendak ke anaknya.
Semoga harapan Kak Lei ke Raya terkabul. Amiin.
Btw aku baru tau Kak Lei lulusan FIB UI. Kita satu almamter kak hihi.

Hilda Ikka said...

Kak Lei... you've such made a nice reminder. Meski secara pribadi aku ngerasa masih jauuuuh sekali untuk jadi seorang ibu, tapi aku sangat berterimakasih Kak Lei udah bikin postingan ini.
Setidaknya ini akan tertancap di benakku: "Gue melahirkan seorang individu titipan Tuhan, yang bakal gue rawat dengan kasih sayang, tapi nggak bisa gue “paksa” menjadi apapun."

ratri purwani said...

Kak Leeeeeiiii aku sukak banget sama Humans of New York, tiap baca cerita di captionnya tuh selalu menyentuh dan jujur.

Semoga anakku yang belum melipir ke rahim ini jadi salah satu orang yang membangkitkan faith of humanity dengan caranya sendiri :')

tia putri said...
This comment has been removed by the author.

Post a Comment